Minggu, 20 Februari 2011

Peti Mati

     
Syaikh Ali-Thanthawi dalam sebuah siaran radio dan televisinya mengabarkan bahwa di negeri paman Syam ada seorang laki-laki yang memiliki sebuah mobil truk Lorie. Ketika mobil itu dijalankan, tanpa diketahuinya diatas badan mobil itu ada orang. Mobil itu mengangkut peti yang sudah siap untuk menguburkan mayat. Sedangkan di dalam peti itu terdapat kain yang bisa digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. 

     Tiba-tiba hujan turun dan air mengalir deras. Orang itu pun bangun dan masuk ke dalam peti, dan membungkus dirinya dengan kain yang ada didalam peti. Kemudian di tengah jalan ada seorang yang lain naik menumpang ke bak mobil itu disamping keranda. Dia tidak tahu bahwa didalam peti itu ada orang. Hujan belum berhenti. Orang yang kedua itu mengira bahwa dirinya hanya sendirian di dalam bak mobil itu. 
     Tiba-tiba dari dalam peti ada tangan terjulur (untuk memastikan apakah hujan sudah berhenti atau belum). Ketika tangan itu terjulur, kain yang membungkusnya juga ikut terjulur keluar. Si penumpang itu kaget dan takut bukan kepalang. Dia mengira bahwa mayat yang ada di dalam peti itu hidup kembali. Karena takutnya, dia terjungkal dari mobil dengan posisi kepala di bawah. Dan, mati.

     Demikianlah Allah menentukan kematian orang itu dengan cara seperti ini.

    Yang selalu harus diingat oleh seorang hamba adalah bahwa dia sedang membawa kematian, bahwa dia sedang berjalan menuju kematian, dan bahwa dia sedang menunggu kematian itu entah akan datang pagi atau sore. Sungguh indah ungkapan Ali ibn Abi Thalib, "sesungguhnya kematian terus mendekti kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka, jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesunguhnya, hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.
     Ungkapan Ali ini mengingatkan kita, bahwa manusia harus selalu siap siaga, memperbaiki keadaannya, memperbaharui taubatnya, dan mengetahui bahwa dia sedang berhubungan dengan Rabb yang Maha Mulia, Kuat, Agung dan Baik. 

     Kematian itu tidak pernah meminta ijin kepada siapa saja, tidak pernah pilih kasih kepada siapa saja, dan tidak pernah merajuk. Kematian itu tidak pernah memberikan aba-aba terlebih dahulu.

{Dan, tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi dimana dia akan mati.}

     Segala sesuatu sesuai dengan qadha' dan qadar, dan kematian adalah sebaik-baiknya pelajaran.



Sumber dari : Buku La Tahzan karangan Dr. 'Aidh al - Qarni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar