Rabu, 02 Februari 2011

PUISI JALALUDDIN RUMI

Puasa Membakar Hijab
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.


Disebabkan Ridha-Nya
Jika saja bukan karena keridhaan-Mu,
Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini
dengan Cinta-Mu?

Letak Kebenaran
Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,
Tapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan.


Rahasia yang Tak Terungkap
Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta),
Itu semua hanyalah kulit.
Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah
rahasia yang tak terungkapkan.


Pernyataan Cinta
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memahah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.


Hati Bersih Melihat Tuhan
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat
dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat
semakin nyata baginya.


Kesucian Hati
Di manapun, jalan untuk mencapai kesucian hati
ialah melalui kerendahan hati.
Maka dia akan sampai pada jawaban “Ya” dalam pertanyaan
Bukankah Aku Tuhanmu?


Memahami Makna
Seperti bentuk dalam sebuah cermin, kuikuti Wajah itu.
Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat-Nya.
Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa.
Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku.
Maka katakana tentang Diri-Mu, ya Tuhan.
Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara
makna yang telah aku rentangkan di atas kalung pembicaraan
berasal dari Lautan-Mu.


Tuhan Hadir dalam Tiap Gerak
Tuhan berada dimana-mana.
Ia juga hadir dalam tiap gerak.
Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu.
Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.
Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.


Lihatlah yang Terdalam
Jangan kau seperti iblis,
Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Lihatlah di balik lumpur,
Beratus-ratus ribu taman yang indah!


Keterasingan di Dunia
Mengapa hati begitu terasing dalam dua dunia?
Itu disebabkan Tuhan Yang Tanpa Ruang,
Kita lemparkan menjadi terbatasi ruang.

sumber dari : KOMPASIANA 

Setelah Setahun Kesunyian ~ Jalaluddin Rumi


Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih
dan mengetuk. Ada suara bertanya, “Siapa di sana?”
Dia menjawab, “Ini Aku.”
Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.”
Pintu tetap tertutup
Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali
dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya, “Siapa di sana?”
Dia berkata, “Inilah Engkau.”
Maka, sang pintu pun terbuka untuknya.
~ Jalaluddin Rumi

Kearifan Cinta ~ Jalaluddin Rumi


Cinta yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Namun kenikmatan itu,
jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya
kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang yang
mencintainya ini
sebagaimana kenikmatan lelaki
yang memeluk tugu batu
di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap.
Meskipun dia merasa nikmat
kerana berfikir bahawa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi
jelas tidak senikmat
orang yang memeluk kekasih sebenarnya
kekasih yang hidup dan sedar.
~ Jalaluddin Rumi

Nafsu ~ Jalaluddin Rumi


Nafsumu itu ibu segala berhala
Berhala kebedaan ular sawa
Berhala keruhanian naga
Itu ibarat perumpamaannya
Mudah sekali memecah berhala
Kalau diketuk hancurlah ia
Walau batu walaupun bata
Walau ular walaupun naga
Tapi bukan mudah mengalahkan nafsu
Jika hendak tahu bentuk nafsu
Bacalah neraka dengan tujuh pintu
Dari nafsu keluar ma’siat setiap waktu.
~ Jalaluddin Rumi

Mujahadah dan Makrifat ~ Jalaluddin Rumi


Makrifat itu pengenalan jiwa
Mengenal jiwa dan mengenal Tuhannya
Mengenal dengan sejelas jelasnya
Tidak kabur tapi jelas nyata
Mujahadah itu perjuangan dan usaha
Makrifat itu menuai hasilnya
Mujahadah itu dalam perjalanan
Makrifat itu matlamat tujuan
Makrifat itu pembuka rahsia
Makrifat itu sendiri rasa
Makrifat itu sagunya
Mujahadah itu memecah ruyungnya.
~Jalaluddin Rumi.

Saatnya Untuk Pulang ~ Jalaluddin Rumi


Malam larut, malam memulai hujan
inilah saatnya untuk kembali pulang.
Kita sudah cukup jauh mengembara
menjelajah rumah-rumah kosong.
Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja
dan bertemu orang-orang baru ini.
Aku tahu: bahkan lebih pantas
untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka,
tapi aku hanya ingin kembali pulang.
Sudah kita lihat cukup destinasi indah
dengan isyarat dalam ucap mereka
Inilah Rumah Tuhan. Melihat
butir padi seperti perangai semut,
tanpa ingin memanennya. Biar tinggalkan saja
sapi menggembala sendiri dan kita pergi
ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju
ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang.
~  Jalaluddin Rumi.

Kau dan Aku ~ Jalaluddin Rumi


Bahagia saat kita duduk di pendapa, kau dan aku,
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama;
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi,
Bebas dari cakap orang, kau dan aku.
Semua burung yang terbang di langit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa riang sekali, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia,
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khorasan, kau dan aku.
~ Jalaluddin Rumi

Takhta Balqis ~ Jalaluddin Rumi


Waktu Ratu Saba’–Balqis disambut Sulaiman
ditinggalkannya kerajaan dan kekayaannya
samalah dengan cara kekasih meninggalkan reputasinya.
Semua hambasahyanya takbermakna apaapa lagi,
kurang lagi dari ampas bawang
Istana-istananya dan kebun-kebunnya,
tindihmenindih bagai bangkai binatang.
Balqis mendengar arti batin LA! Tak!
Ditemuinya Sulaiman sonder apa, kecuali
Tahtanya! Bagai kalam penulis seolah
sorang teman, bagai aset karyawan untuk
hari demi hari menjadi ‘gitu akrab, seolah
tahta emasnya itulah satusatunya di dirinya.
‘Kan kuuraikan lagi tentang fenomena ini,
tentulah akan menjadi panjang lagi.
Tahta itu amat besar dan payah untuk dipunggah,
karena ia takboleh dipecahpecah, ia seolah
pemersatuan tubuh manusia.
Sulaiman menatap bahwa hati Balqis ‘tlah terbuka kepadanya
dan tahta ini bakal menghantui
pada dirinya. “Biarkan dibawanya,” katanya. “Ia bakal
menjadi pengajaran kepadanya bak sepatu tua
dan jaket bagi Ayaz. Dia bisa melihat
pada tahta dan sejauh mana perjalanannya.”
Dalam masa yang sama, Tuhan dengan proses
berseturutan generasi sebelum kita:
kulit yang licin dan airmani
dan embryo yang mengembang.
Pabila kau lihat sebutir mutiara di bawah
kau tiba pada buih dan kayuan patah
di permukaan. Pabila matahari bersinar, kau lupa
mengumpulkan klompok Skorpio.
Waktu kau saksikan kemesraan penyatuan,
atraksi penduaan begitu indah
dan menawan, tapi tak begitu menarik hati.
JALALUDDIN RUMI
(The Essential Rumi)



sumber dari : penyair.wordpresss





1 komentar: